Prambanan, Selayang Pandang

Tiga halaman kompleks Candi Prambanan

Pembagian Halaman Candi
Kompleks Candi Prambanan dibagi menjadi tiga halaman. Halaman pusat tempat berada kelompok candi-candi utama yang terdiri dari empat candi kelir, dua candi apit di utara dan selatan, empat candi sudut di setiap sudut halaman pusat, tiga candi untuk dewa-dewa utama Hindu, dan tiga candi di hadapan candi-candi utama. Halaman kedua jumlah seluruh candi perwara yang ada dulunya 224 candi. Halaman terluar atau halaman ketiga tidak terdapat candi.

Keletakan Tiap Halaman
Halaman pusat keletakannya lebih tinggi daripada halaman kedua dan ketiga (terluar). Keletakan demikian merupakan suatu kesengajaan, mengingat tanah yang ada pada halaman pusat ini merupakan tanah urug.

Makna Simbolik Pembagian Halaman
Menurut konsepsi Hindu, dunia manusia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

  1. Bhurloka, dunia tempat segala hasrat yang bersifat keduniawian ada.
  2. Bhuvarloka, dunia tempat segala hasrat keduniawian sudah terlepas, tetapi masih terikat oleh bentuk lahiriah keduniawian.
  3. Svarloka atau Svargaloka, tempat segala keterikatan duniawi telah terlepas. Manusia tidak terikat lagi oleh karma.


Sejarah Kompleks Candi Prambanan

  • Pendiriannya dikaitkan dengan Prasasti Siwagrha yang berangka tahun 778 Caka (856 M).
  • Pertanggalan secara relatif berdasarkan gaya seni bangunannya yang dicirikan dengan terutama yang tampak pada bagian kaki candi oleh adanya bentuk belah rotan (half round), sisi genta (ojief), dan pelipit; dapat dikatakan bahwa candi dengan bentuk demikian berasal dari kurun waktu sekitar abad VIII – IX M.
  • Sebab-sebab keruntuhan kompleks candi umum dihubungkan dengan keberadaan Gunungapi Merapi di sebelah utara candi. Pada akhir abad X M, terjadi apa yang disebut mahapralaya. Penyebab mahpralaya itu adalah meletusnya Gunungapi Merapi, sehingga segala aspek kehidupan Kerajaan mataram Kuno yang ada saat itu, termasuk pula di dalamnya tempat ibadah runtuh.
  • Pada waktu orang Eropa untuk yang pertama kali mengunjungi Prambanan pada abad XVIII M, yang mereka jumpai hanyalah sebuah bukit yang ditumbuhi semak belukar dengan beberapa sisi tampak sisa-sisa dari beberapa bangunan candi. Pada tahun 1865, menjelang dibukanya hubungan kereta api antara Semarang – Solo – Yogyakarta pada 1872 untuk mengangkuti gula, tembakau, dan hasil bumi lainnya ke pelabuhan Semarang, Pabrik Gula Tanjungtirto dibangun dengan fondasi batu Candi Prambanan. Skandal ini terjadi karena mereka hanya memikirkan keuntungan dari daerah koloninya saja.
  • Dalam tahun 1885, bilik utama candi induk dapat dibersihkan dari reruntuhan yang telah tertimbun di lantainya. Ditemukan arca Siwa Mahadewa.
  • Dalam tahun 1890 selesailah penggalian lanjutan pada halaman pusat itu. Sayang, upaya ini tidak dilakukan dengan sistematis, batu-batu lepas ditumpuk begitu saja.
  • Oleh karenanya, ketika Dinas Purbakala merencanakan untuk memugar candi pada tahun 1918 maka langkah pertamanya adalah memilah batu-batu lepas itu agar dapat disusun susunan percobaannya. Dalam tahun 1937 dimulailah pembinaannya kembali dan dapat diselesaikan pada tahun 1951, yaitu Candi Siwa. Pada tahun 1953, Candi Siwa diresmikan purnapugarnya oleh Presiden Soekarno.

Denah Kompleks Candi Prambanan

Halaman Tiga Kompleks Candi Prambanan

  • Halaman terluar kompleks percandian ini arahnya tidak simetris dengan pagar halaman kedua maupun pertama, dikarenakan arah aliran Sungai Opak yang membatasi kompleks percandian di sebelah barat alurnya membelok, sehingga terpaksa bentuk pagar terluarnya pun menyesuaikan sebab tidak mungkin lagi dibentuk simetris dengan pagar-pagar sebelumnya.
  • Berdasarkan Prasasti Siwagrha (856M) yang seringkali dihubungkan dengan keberadaan kompleks Candi Prambanan, terdapat sepenggal kalimat yang bisa dihubungkan dengan keberadaan Sungai Opak, yaitu “.. Iwah Inalihaken..”, menunjukkan sunagi yang dialihkan atau dibelokkan (arah alirannya). Jadi, kenampakan alur sungai yang nampak membelok ke arah barat daya itu dikarenakan oleh aktivitas manusia.

Halaman Dua Kompleks Candi Prambanan

  • Terdapat sejumlah 224 buah candi perwara. Tinggi candi-candi perwara itu sekitar 14 meter, terususn dalam empat baris dan tiap barisnya lebih tinggi letaknya dari yang sebelumnya, sehingga halaman pusatnya lebih tinggi beberapa meter dari permukaan tanah sekitarnya.
  • Pada halaman ini, beberapa candi telah dicoba untuk disusun dalam susunan percobaan. Baru ada dua candi perwara yang sudah selesai dipugar.
  • Berdasarkan analogi dengan cadni-candi perwara di Kompleks Candi Plaosan, bisa dikatakan candi-candi perwara pada kompleks ini juga dibangun oleh para pejabat-pejabat tinggi atau para penguasa daerah tertentu, yang memberikan semacam bakti mereka dan rakyat yang dipimpinnya terhadap raja.

Halaman Pusat Kompleks Candi Prambanan

Candi Kelir dan Candi Sudut

  • Candi kelir ada dua buah, di sisi utara dan selatan gugusan percandian utama. Candi sudut ada delapan buah terletak sempat di tiap sudut dan empat lainnya di penjuru utama arah angin.
  • Bangunan ini berfungsi sebagai semacam penolak bala. Dengan adanya bangunan ini maka semua anasir jahat yang mencoba memasuki bagian tersuci dari kompleks percandian ini akan tersesat dan bingung, sehingga upaya-upaya jahat yang akan terjadi di bagian ini akan dapat tersingkirkan. Candi-candi mungil ini ditempati oleh para dewa yang tugasnya menjaga halaman pusat.

Candi Siwa

  • Merupakan candi utama dan terbesar ukurannya di kompleks percandian ini.
  • Bagian pintu gerbang _ pada sebelah kiri tangga naik terdapat sebuah miniatur candi yang sesungguhnya merupakan pusat sakral candi. Pusat sakral candi ini ditentukan dengan cara mencari titik temu garis diagonal halaman pusat candi. Penghindaran pusat sakral (yang seharusnya tepat di atas titik sakral itulah dibangun candi utama) dikarenakan adanya anggapan dalam konsepsi Hindu bahwa pusat yang harus disakralkan karena selain membawa kebaikan ternyata di situlah juga hal-hal yang mengandung mara bahaya berada.
  • Pada ujung pipi tangga masuk terdapat bentuk makara yang merupakan perlambang dari dunia bawah. Selain itu, makara juga merupakan wahana atau kendaraan Dewi Gangga.
  • Pada bagian atas gerbang terdapat bentuk kala, merupakan perlambang dunia atas, sekaligus juga berfungsi sebagai penolak bala. Jadi, secara konseptual, lambang kala makara diartikan sebagai simbol penghubung antara dunia atas (alam kedewaan) dengan dunia bawah (alam manusia/bumi). Dengan berdasarkan hal itu, fungsi candi sebenarnya adalah sebagai sarana penghubung atau media penghubung antara manusia dengan para dewa.
  • Pada kiri-kanan pintu gerbang terdapat dua relung, yang masing-masing berisi arca-arca perwujudan Siwa ayng berfungsi sebagai penjaga pintu masuk. Keduanya adalah Siwa Mahakala (memegang gada) dan Siwa Nandiswara.
  • Bilik utama _ Terdapat arca utama dalam kompleks percandian ini, yaitu Siwa Mahadewa yang berdiri di atas sebuah yoni. Arca ini merupakan perwujudan tertinggi dari Siwa. Atribut-atribut yang merupakan ciri khas darinya antara lain camara (kelut/pengusir lalat), aksmala (tasbih), trisula, dan pada mahkota terdapat hiasan ardha candra kapala (bulan sabit dan tengkorak). Yoni bisa melambangkan alat genetalian wanita, bisa melambangkan pula bumi, bisa melambangkan pula sakti Siwa. Penggambaran dua perwujudan yang disatukan itu melambangkan kesuburan, pangkal mula kehidupan.
  • Persis di bawah arca utama terdapat sumuran yang fungsi konseptualnya adalah menghidupkan arca utama itu. Materi yang dianggap menghidupkan arca itu adalah peripih yang biasanya ditanam di dasar sumuran, yang terdiri dari berbagai logam mulia yang bertuliskan mantra-mantar pendek (dan inilah yang biasanya diincar oleh para pemburu harta karun) dan juga biji-bijian.
  • Keluar dari bilik utama, berbelok dengan mengkanankan candi (laku pradaksina). Pada bagian tubuh candi akan terlihat relief sesosok dewa penjaga mata angin yang menguasai arah timur, yaitu Indra. Sedangkan penguasa arah tenggara adalah Agni.
  • Relief-relief pada pagar langkan _ Terdapat relief cerita Ramayana. Pembacaan relief dilakukan dengan laku pradaksina, yaitu mengkanankan candi (jalan sesuai arah perputaran jarum jam) yang bermakna untuk menghormati para dewa yang diarcakan di situ. Yang dilakukan ini juga dilakukan oleh para peziarah dahulu kala ketika Prambanan masih berfungsi praktis sebagai sarana peribadatan.
  • Bilik selatan _ Di dalam bilik ini terdapat arca perwujudan Siwa lainnya, yakni sebagai Mahaguru atau Agastya. Atribut-atributnya antara lain adalah trisula, kamandalu (kendi berisi tirtamerta), aksmala (tasbih), dan ardhacandrakapala pada mahkotanya. Tokoh yang diidentikkan sebagai salah satu perwujudan dari Siwa ini sebenarnya adalah seorang resi yang karena keberhasilannya menyebarkan agama Hindu di India Selatan, sehingga ditokohkan. Pada tubuh candi sisi selatan ada relief Dewa Lokapala yang menguasai arah selatan, yakni Yama.
  • Bilik barat _ terdapat arca Ganesya, merupakan putra Siwa. Atrbiut-atribut yang dimiliki antara lain ardhacandrakapala, parasu (kapak) yang melambangkan pemutus tali kebodohan, sehingga Ganesya dianggap sebagai dewa ilmu pengetahuan. Atribut lainnya yang sering dihubungkan dengan kedudukannya sebagai dewa pengetahuan adalah pada tangan kirinya menggenggam sebuah tengkorak yang isinya seolah-olah sedang dihisap dengan belalainya, yang bermakna sedang menyerap pengetahuan. Gadingnya yang dipegang merupakan patahan dari gading kanannya yang melambangkan dirinya sebagai dewa perang sekaligus penolak bala. Oleh sebab itu, dia selalu diletakkan bertolak belakang dengan arca utama agar menolak segala bala yang datangnya dari arah belakang arca utama. Menurut kitab-kitab Purana, kejadian sehingga Ganesya berwujud kepala gajah berbadan manusia karena sewaktu Uma (Istri Siwa/Ibu Ganesya) hendak melahirkan, dia syok karena baru pertama kali melihat Gajah Airawata tunggangan dewa Indra, sehingga lahirlah Ganesya demikian adanya.
  • Keluar bilik sebelah barat daya pada bagian tubuh candi terdapat relief yang menggambarkan salah satu dewa lokapala yang menguasai arah barat daya, yakni Surya. Sedangkan pada sebelah barat pada bagian tubuh candi terpahatkan Varuna.
  • Bilik utara _ pada bagian dalam bilik ini terdapat arca Durga Mahisasuramardhini yang merupakan cakti dari Siwa, sebagai perwujudan lain dari Uma dalam bentuknya yang demonis. Atribut-atributnya antara lain membawa berbagai senjata yang merupakan hadiah dari para dewa, yang digunakan untuk melawan asura yang berwujud seekor kerbau yang mengacaukan khayangan. Akhirnya asura itu berhasil dikalahkan oleh Durga, sehingga dijulukilah dia dengan Durga Mahisasuramardhini, yang berarti Durga yang mengalahkan asura berwujud mahisa (kerbau). Arca inilah yang terkenal dalam legenda rakyat sebagai arca perwujudan dari seorang putri yang dikutuk sehingga menjadi arca, yakni Loro Jonggrang.
  • Keluar bilik, pada bagian tubuh candi sebelah barat laut dipahatkan relief dewa lokapala yang menguasai arah barat laut, yakni Vayu dan sisi utara yakni Kuwera. Sementara, penguasa timur laut adalah Icana.
  • Pada bagian kaki candi bagian luar terdapat motif hias khas Prambanan yang berupa sebuah arca singa dalam relung yang diapit oleh kalpataru atau kalpawrksa (pohon hayat), yang pada kiri kannya dijaga oleh kinara-kinari.
  • Kalpataru atau kalpawrksa adalah pohon kahyangan, hidup sepanjang masa, tempat menggantungkan segala asa. Pada dahan-dahannya digambarkan berjuntai berbagai macam perhiasan yang indah-indah, sehingga harus dijaga oleh makhluk-makhluk kahyangan kinara. Karena simbolisme itulah maka kalpataru dipilih sebagai lambang atau simbol dari hadiah tahunan yang diberikan oleh pemerintah kepada mereka yang telah bekerja dengan keras sehingga alam lingkungan dengan segala aspeknya yang ada dapat terpelihara dengan baik, sehingga mampu lestari dan diharapkan bertahan sepanjang masa sebagaimana kalpataru.
  • Kinara – kinari merupakan makhluk kahyangan yang berwujud setengah manusia setengah burung. Dalam kehidupan di kahyangan, mereka bertugas selain sebagai penjaga kalpataru juga sebagai seniman-seniman kahyangan yang memberikan pertunjukan-pertunjukan kesenian di istnana kahyangan. Pada beberapa relief lepas (tanpa ada kaitan cerita), mereka digambarkan sedang memainkan beberapa instrumen musik.
  • Pada bagian luar kaki Candi Siwa sisi luar dipahatkan pula binatang yang bukan termasuk dalam zoogeografis oriental. Satu diantaranya yang dapat diamati adalah burung kasuari yang dipahatkan pada panil nomor 25 dan 26.

Candi Brahma

  • Candi utama yang terletak di sisi selatan Candi Siwa. Hanya memiliki satu bilik candi yang berisi arca Dewa Brahma. Atribut dewa ini adalah berkepala empat dan membawa kamandalu (kendi berisi tirtamerta atau air kehidupan).
  • Relief-relief pada pagar langkan adalah relief cerita Ramayana, lanjutan dari relief serupa di Candi Siwa. Relief cerita ini dibaca dengan laku pradaksina.
  • Tokoh-tokoh yang dipahatkan sebagai relief di tubuh candi adalah para pendeta-pendeta dewata yang mengajarkan Weda pada umat manusia.

Candi Wisnu

  • Candi utama yang terletak di sebelah utara Candi Siwa dan hanya memiliki satu bilik candi. Di salamnya terdapat arca Dewa Wisnu dengan atribut (laksana)-nya antara lain cakra dan gada. Wisnu dalam konsepsi agaram Hindu dikenal sebagai dewa pemelihara atau pelindung alam semesta. Oleh karena sifatnya yang demikian, sehingga pada masa tertentu dalam sejarah Jawa Kuno, Wisnu menduduki tempat tertinggi dalam ritus Hindu. Sebagai misal, pada saat terjadinya pralaya di Kerajaan Mataram Kuno pada masa pemerintahan Dhwarmawangsa Tguh akibat serangan dari Haji Wurawari, pengganti Dharmawangsa Tguh, yakni Airlangga yang berhasil menyelamatkan kerajaan dari kehancurannya maka dia dianggap sebagai penjelmaan Wisnu yang menyelamatkan dunia dari pralaya.
  • Kaitannya dengan upaya penyelamatan dunia dari pralaya itu, Wisnu beberapa kali menjelma di dunia dalam beragam awatara-nya (perwujudan), di antaranya yang sangat dikenal adalah awataranya sebagai Sri Kresna, sebagai upayanya menyelamatkan dunia dari ketidakbenaran dan ketidakjujuran para Kurawa. Serta, sebagai Sri Rama dalam upayanya menyelamatkan dunia dari keserakahan Rahwana.
  • Relief-relief pada pagar langkan bagian dalam menceritakan salah satu awatara Wisnu di dunia, yakni sebagai Sri Kresna. Oleh karena itu, relief cerita ini disebut dengan Kresnayana (kisah tentang Kresna).

Candi Wahana

  • Candi Nandi berdiri tepat di depan Candi Siwa. Dalam mitologi Hindu, arca pengisi bilik candi ini, yaitu Nandi merupakan wahana atau tunggangan Dewa Siwa.
  • Selain arca Nandi, terdapat dua arca lain di dalam bilik ini, yaitu arca Surya, dewa matahari berkendaraan kereta ditarik oleh tujuh ekor kuda. Serta arca Candra, dewa rembulan berkendaraan kereta yang ditarik oleh sepuluh ekor kuda.

Candi A dan Candi B

  • Masing-masing berdiri tepat di depan Candi Brahma dan Candi Wisnu. Kedua candi ini berbilik satu dan tidak ada arca di dalamnya.
  • Beberapa pihak menganggap kedua candi ini dulunya masing-masing berisi arca wahana Brahma dan Wisnu, sehingga ada yang menamainya dengan Candi Garuda (Wahana Wisnu) dan Candi Angsa (Wahana Brahma).
[copy paste / soe-soe]



1 Response
  1. selimut Says:

    kalo sebuah situs purbakala dipugar, apakah itu tdk mengurangi nilai historisnya ya..?


Posting Komentar

soe-soe foto-foto tinggal klik saja

soe-soe foto-foto tinggal klik saja
mau lihat foto soe-soe di facebook klik aja gambar foto di atas & jgn lupa di add ^_^
[ Terima kasih atas kunjungannya ke blog saya, jangan lupa kasih komentarnya juga, supaya saya bisa mampir ke blog anda. rajin - rajin mampir ya ]